Mandiri bisa berarti berdikari, berdiri diatas kaki sendiri, namun bukan berarti tidak perlu kaki kaki lain untuk menunjang. Kaki kita bisa diibaratkan Pusat sebagai konseptor namun kaki-kaki lain bisa sebagai operator. Tanpa kaki-kaki lain, bagaimana mungkin sesuatu itu bisa terwujud, karena kita adalah makhluk sosial, makhluk yang saling ketergantungan dan membutuhkan. Se-mandiri mandirinya orang, masih membutuhkan orang lain. Mandirinya seseorang dari segi finansial, masih membutuhkan tenaga orang lain untuk menyiapkan nasi yang dia makan. nasi yang ditanam oleh petani, sampai siap untuk di jual di pasar-pasar.
Namun demikian, selain kita membutuhkan orang lain, kita juga tetap harus berusaha berdikari dalam hal-hal tertentu, jangan sampai tangan kita dibawah dalam perekonomian tingkat mikro bahkan makro, karena Allah lebih mencintai tangan diatas daripada tangan dibawah. Bagaimana bisa jaya seseorang atau suatu bangsa jika tangannya berada dibawah. Allah tidak akan merubah nasib seseorang kecuali orangnya sendiri mau berubah. Dan jika kita lihat sejarah Muhammad S.A.W, beliau sudah belajar mandiri sejak usia 12 Tahun, beliau sudah merintis sebagai enterpreneur sejak usia 12 tahun, beliau sudah berdagang ke negeri seberang dari kota Mekah mengikutinya bisnis pamannya.
How about us?